Minggu, 20 Februari 2011

04. sarasvati - fighting club



We are happy family...
we don't think too equally..

na na na na na na..
na na na na na na..

i'm the one who win the bread..
you're all eating from my plate...
i'm the one who win the bread..
you're all eating from my plate...

i'm living in an orphanage,
you're living in cambridge..
you adored me and adopted me
now you're divorcing me

i'm the one who win the bread..
you're all eating from my plate...
i'm the one who win the bread..
you're all eating from my plate...

i won't search the reason why...
you blamed me, uuuh..

i don't see why i should feel..
an sympathy, uuuh..

don't send any flowers for me...
cause i'm gloomy, uuuh..

so this is the end of our journey..
if there's any, uuuh..

i won't search the reason why...
you blamed me, uuuh..
i don't see why i should feel..
an sympathy, uuuh..
don't send any flowers for me...
cause i'm gloomy, uuuh..

so this is the end of our journey..
if there's any, uuuh..






---------------------------------------------------------------
"fighting club"

Aku hanya terdiam sekilas kulihat pecahan telepon genggam di lantai yang tadi kulemparkan kelantai saat terakhir kali kita berbicara. Berserakan terbelah beberapa bagian. 


Tetapi kenapa masih saja kudengar, kurasakan.. Mata dan suaramu berteriak, memaki, menatapku ku rendah tak ubahnya sebuah bangkai cicak yang terjepit diantara pintu lemari es dan berkata bahwa aku adalah wanita tersulit yang pernah kau hadapi.

Dulu aku bukan siapa-siapa, begitupun kamu. Kita punya angan yang begitu tinggi, begitu jauh diatas sana hingga leher kita tak sanggup untuk melihat puncaknya. Dan punggung kita tak sanggup menahan beban kepala saat mendongak mencapainya. Tapi kamu bilang kita bisa menggapainya bersama. 


Kau bilang, "Pakailah leherku jika kau lelah mendongak". Begitupun aku, tak segan akan kupinjami punggungmu untuk membantuku menggapai. Kata-katamu terdengar seperti udara sejuk di telingaku, menjernihkan mataku yang begitu rabun terhalang halimun mimpi yang tak kunjung jelas.

" We are happy family...we don't think too equally.."

Begitu banyak waktu kuhabiskan untuk membangun mimpi kita. Aku masih menganggap bahwa ini adalah mimpi kita berdua, mimpi aku dan kamu. Kubangun mimpi ini dengan bantuan kata-kata indahmu yang masih terngiang ditelingaku. Hanya dengan itu, aku tak membutuhkan lehermu untuk menggapainya. Kupikir, biarlah leher dan punggungmu kau gunakan untuk membantu mewujudkan mimpi kita.


Cukup dengan kata-katamu. Aku bisa menggapainya...
Lambat..lambat..tapi terus merangkak keatas. 

Namun kulihat kau menunduk, terus menunduk sedikitpun kau tak mencoba untuk melihat ke atas, untuk mendongak bersamaku mengejar mimpi. Aku kini tak peduli apa isi mimpi di kepalamu, apakah mimpi "kita" seperti yang sedang kugapai kini. Entah mimpimu saja. Aku tak peduli, asal kau mau mendongak sedikit saja keatas. Aku pun tak segan menggenggam tanganmu dan meminjamkan leherku untuk membantumu tetap mendongak.

Kamu tetap menunduk, dan membuat mulutku berkata "Ya sudah tak apa kamu terus menunduk akan kuberitahu apa saja yang kamu ingin tahu diatas sana. Sebentar lagi aku akan mencapainya walau leher dan punggungku lelah, aku senang karena aku bisa membantumu melihat apa yang ada di atas sana dan aku ingin kamu merasakan seperti apa rasanya berada diatas sana karena aku melakukan ini demi kamu dan diriku". 


Dan kamu menjawab, "Baiklah kalau begitu beritahu aku apa saja yang ada diatas sana dan biarkan aku merasakan apa yang ada diatas sana tapi aku akan tetap menunduk terus menunduk..."

"i'm living in an orphanage, you're living in cambridge..i'm the one who win the bread..you're all eating from my plate..."
  
Terus menerus kamu bertanya, ada apa diatas sana? Dan tanpa lelah, selalu kuceritakan segalanya untuk kamu. Lalu kuajak kamu untuk ikut keatas sana dengan menaiki punggungku, namun kamu enggan dengan alasan, "Aku laki-laki dan kamu wanita, tidak sudi rasanya aku menaiki punggung wanita". 


Bahkan untuk 'kita' pun kamu kini mengklasifikasikan bahwa aku wanita dan kamu laki-laki. Kupikir dengan bersatunya kita atas nama menggapai mimpi bersama kita menjadi sabuah individu baru yang tidak membedakan kita menjadi seorang laki-laki dan seorang wanita. Aku anggap itu hanya ego kamu saja, dan tak lelah aku ceritakan apa saja yang ada diatas sana dan apa saja yang kurasakan.

Suatu hari kamu kembali bertanya, "Ada apa diatas sana?". Lalu kuceritakan apa yang sedang kualami kala itu. Aku senang bisa menggapai mimpiku, kuberitahu kamu bahwa kadang aku membutuhkanmu untuk membantuku menjalankan mimpiku. Aku butuh kamu untuk bersama-sama bergenggaman tangan diatas sana. 


Aku jelaskan, bahwa kamu tidak perlu lagi mendongak karena aku sudah berada dipuncaknya, kamu hanya tinggal melompat dan menapaki jalan yang sudah kutata untuk kamu melangkah keatas. Aku lalu berkata "Kadang aku lelah menceritakan semuanya untuk kamu. Aku ingin kamu merasakan bagaimana rasanya menjadi aku.."

Aku masih menggenggam telepon genggamku saat kamu terus menerus mencercaku dengan pernyataan pernyataan yang tidak ingin aku dengar. Rupanya kamu menganggap aku adalah wanita yang paling sulit kamu mengerti, wanita paling egois yang pernah kamu kenal dan kamu berkata, aku adalah wanita yang paling kamu benci saat ini.

Tembok kepercayaan yang telah kubangun untuk kamu hancur saat itu juga, entah mengapa aku tidak perduli dengan suaramu dengan kata-katamu dengan segala tingkah lakumu. Aku hanya ingin melemparkan telepon genggamku dan menjauhkan dari telingaku. 


Tapi perkataanmu masih terngiang dan terus menerus memenuhi isi kepalaku. Aku bertanya dalam hati "Sebenarnya apa yang ada di kepalamu selama ini? Apa yang kamu rasakan selama ini? Kemana kata-kata indah yang kamu rangkai sedemikian rupa untuk 'kita'?" 

Jika kamu mendengar pertanyaanku tolong jawab kenapa. Mmmmh tapi tunggu,  rasanya kamu tidak perlu bersusah payah memikirkan jawaban dari pertanyaan pertanyaanku tadi, lebih baik aku melangkah dan meninggalkan kamu jauh dibawah sana..."

"i won't search the reason why...you blamed me, i don't see why i should feel..an sympathy....so this is the end of our journey..if there's any.."

Tidak ada komentar: